Mungkin
dari kita pernah mendengar sebuah kalimat “Orang tua akan kembali menjadi
seorang bayi”. Awalnya aku bingung dengan kalimat tersebut, apasih maksud dari
kalimat ini? Beberapa kejadian yang aku lihat secara langsung memang benar,
secara nyata orang tua akan kembali menjadi seorang bayi.
Berikut
beberapa penggalan kejadian yang membuat aku mengerti dari kalimat tersebut.
Ini
kisah beberapa tahun yang lalu, salah satu Pak Dhe aku sebelum meninggal sempat
sakit, ada satu kejadian yang diceritakan kepada aku, bahwa Pak Dhe pernah
buang air kecil di celana, waktu sedang duduk di teras, waktu ditanya beliau
tidak mengaku. Faktanya, bayi sebelum mengetahui bahwa kalau buang air kecil
harus di kamar mandi, pasti akan buang air kecil di celana.
Ini
baru kejadian beberapa hari yang lalu, tetangga ku sudah tua aku tidak tahu
kisaran berapa usianya, meskipun begitu beliau masih bisa cari nafkah sendiri,
karena anak dan cucunya semua merantau ke luar kota. Kemarin sehabis dari pasar
beliau terjatuh sampai tidak bisa jalan. Waktu aku berkunjung ke sana beliau
sedang tidur di kasur yang sengaja diletakkan di lantai oleh para tetangga yang
menolongnya, kemudian meminta ibu saya (kebetulan saya kesana dengan ibu) untuk
memijat pahanya yang ternyata selain memar juga bengkak, dan ibu tidak berani
meminjat sehingga sama ibu, beliau cuma diusap-usap. Faktanya : Bayi dipijat
tidak dengan kekuatan adakalanya juga cuma diusap-usap kenapa karena tulang
bayi belum kuat sementara orang tua dipijat dengan diusap-usap karena tulangnya
sudah rapuh.
Itu
baru dua kejadian, dan mungkin masih banyak fakta-fakta lainnya yang dapat kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain :
Dalam
hal makanan, bayi makan makanan yang masih lunak karena giginya belum tumbuh,
sementara orang tua tidak bisa makan makanan yang keras, alot dsb karena
giginya sudah banyak yang tanggal.
Balita
jalan tertatih-tatih karena ia masih belajar jalan, sementara orang tua tidak
bisa di berjalan cepat karena tulangnya sudah mulai rapuh.
Yah
itu hanya sebagian kecil dari proses kehidupan, yang memang seperti roda yang
berputar. Saya jadi berfikir mungkin
inilah salah satu penyebab terciptanya kalimat “Satu ibu bisa merawat 10 anak
dengan kedua tangannya tapi belum tentu 10 anak bisa merawat ibu mereka.”
Bapak
pernah bilang, merawat balita sama merawat orangtua memang lebih susah merawat
orangtua, serewel-rewelnya balita sekali kamu bentak dia pasti diam, tapi coba
orangtua kita yang rewel terus kita bentak, kelar sudah hidup mu kawan.
Ada
yang membuat hatiku bergetar, kemarin keponakan aku yang berusia belum ada
setahun sudah belajar berjalan, sekarang sudah berani pegangan dengan satu
tangan, jadi kayak kita menuntun dia, apa yang membuat aku mengucapkan kalimat
dalam hati “Kelak kalau aku sudah tahu, anakku mau menuntu seperti ini nggak
ya” dan air mata ini tidak bisa dibendung.