Menu
lebaran hari pertama biasanya di keluarga kami disantap waktu makan siang. Karena
kalau pagi biasanya belum pada ngumpul semua. Setelah lelah berkeliling atau
bersilaturohim ke saudara dan tetangga baru siangnya makan bersama-sama dengan
menu terbaik yang sudah disiapkan oleh koki terbaik.
Apakah menu
terbaik itu?
dan siapkah koki terbaik itu?
Menu
terbaik yang disajikan adalah rawong daging sapi yang di masak oleh Ibu. Di masak
waktu malam hari atau waktu takbiran. Karena aku tidak makan daging sapi,
biasanya ibu masak dua menu yaitu rawon daging sapi dan sayur lodeh tahu. Kalau
sayur lodeh tahunya itu optional
tidak tiap tahun sama yang pasti masak dua menu.
Apakah hanya
rawon daging sapi?
Tradisi di
lingkungan aku, waktu sholat ied di masjid, tiap rumah disarankan untuk membawa
nasi ‘tempelang’ dan ibu biasanya buat nasi kuning, dadar telur yang diiris
memanjang dan kering tempe. Tiga menu ini juga selalu ditunggu, apalagi nasi
kuningnya, paling mantap pokoknya. Entahlah apa resepnya, kakak perempuan aku
pernah nyoba bikin tapi masih belum bisa sama rasanya. Padahal aku liatnya pas
ibu masak itu cuma pakai ilmu perkiraan, dan entah mengapa hasilnya bisa mantap
begitu.
Kalau daging
sapi, biasanya ibu beli dari hasil patungan beberapa orang , sehari sebelum
lebaran panitia yang mengadakan penyembelihan itu akan mengantarkan daging sapi
ke rumah. Tahun ini ada dan patungannya sebesar Rp. 120.000,- (seratus duapuluh
ribu rupiah) tapi aku nggak ikut karena tidak ada yang masak. Aku lihat
setumpuk daging sapi mentah gitu suka gak tahan dan pengen muntah malahan.
Ya itulah
menu yang selalu ditunggu di keluarga, tapi itu lebaran tahun kemarin, dan
lebaran tahun ini tidak akan ada lagi rawong daging sapi seenak masakan ibu. Tidak
ada lagi nasi kuning selezat bikinan ibu dan tidak akan ada lagi masakan seenak
masakan ibu.
Alfatihah
untuk ibu di sana, kangen Buk..