Ini tahun kedua puasa masih berjalan
bersama dengan covid-19, entah kenapa si covid ini gak pulang-pulang, bang toyib aja sudah kelah.
Pandemi ini memang membawa banyak
perubahan dalam sejarah dunia. Di mana dulu kaum rebahan selalu dihina, tapi
kini rebahanmu menjadi penolong untuk warga Indonesia secara keselurahan.
Sama halnya dengan puasa, mau tidak
mau memang harus mengikuti perubahan yang disebabkan oleh si covid-19 ini.
Banyak sekali perbedaan yang dirasakan saat menjalankan kegiatan dibanding
waktu mereka masih covid belum ada.
Yang paling terasa adalah imbas dari
adanya larangan ”Dilarang berkerumun” dan dilarang berjabat tangan. Dua hal
menjadi penyebab suasana ramadan menjadi berbeda.
Berikut beberapa perbedaan puasa
sebelum dan setelah pandemi tahun kemarin dan tahun sekarang :
Shalat Terawih
Shalat terawih di bulan ramadan meski
hukumnya sunnah tapi banyak umat Islam entah wanita, pria, muda, tua, besar,
kecil semua berlomba-lomba menyempurnakan ramadan mereka dengan menjalankan
ibadah Shalat Terawih.
Puasa ramadan tanpa terawih berjamaah
berasa ada yang kurang dalam ramadan, dan itu sudah terjadi waktu puasa tahun
kemarin (tahun 2020) di mana pemerintah melalu aparat desa membuat peraturan
pelarangan shalat terawih di masjid atau musholla.
Alhamdulilah wa syukurilah, meski aku
bukan orang yang rajin ke musholla buat shalat terawih tapi sangat bersyukur
tahun ini tidak ada larangan berkumpul untuk melakukan shalat terawih.
Berjabat Tangan
Gambar oleh Daniel Dan outsideclick dari Pixabay |
Ada sebuah tradisi di sini, jika
selesai melakukan shalat terawih maka akan ada berjabat tangan keliling sesama
jamaah shalat, tapi tetap terpisah antara wanita dan laki-laki. Dua tahun sudah
tradisi itu tidak berjalan lagi.
Mudik
Ramadan dan mudik adalah dua hal yang
berhubungan sangat erat. Ramadan tanpa mudik ke kampung adalah momen yang
sangat menyedihkan bagi mereka yang tinggal di luar daerah. Meski aku tidak
melakukan mudik, tapi tahu rasanya ada pelarangan mudik.
Sama kayak rindu, nyesek saat rindu
tidak bisa dituntaskan dengan cara yang benar.
He he he
Jika sebelum pandemi H-10 seperti ini
di semua saluran televisi sudah melaporkan perkembangan arus mudik dari
berbagai daerah di kota besar, tapi dua tahun ini sepertinya hal itu tidak ada
lagi.
Ini tahun kedua adanya pelarangan
untuk mudik. Cara ini pemerintah berharap bisa melakukan penekanan terhadap
penyebaran covid-19. Tapi bagi mereka yang rindu, pelarangan ini seperti sebuah
penderitaan.
Itulah perbedaan puasa dulu, kemarin
dan sekarang. meskipun begitu puasa tetap jalan terus dan berusaha menjalankan
ibadah puasa dengan sebaik-baiknya.
Tapi ada satu yang sama antara ramadan
sebelum dan sesudah covid-19 yaitu pasar tetap rame.
Sekian dan terimakasi