Hari ini ingin bercerita tentang kejadian beberapa waktu yang lalu, tepatnya saat perayaan Israj Mir’aj bulan Februari kemarin.
Seperti kebiasaan sebelumnya tidak ada yang istimewa, berangkat bersama-sama dengan tetangga sekitar bawa nasi tempelang (istilah yang dipakai untuk nasi yang di bungkus) sebanyak 3 buah. Setelah sampai di Masjid duduk bareng dengan para warga. Kalau aku biasa lebih senang duduk di teras masjid..
Setelah rangkaian acara berlangsung maka sampailah di inti acara yaitu tausiyah dari ustadz yang sudah diundang oleh pihak panitia. Untuk kali ternyata yang diundang bukan dari ustadz yang berasal dari pacitan, tapi luar Pacitan, aku sendiri lupa tepatnya daerah mana yang jelas beliau adalah pimpinan salah satu pondok pesantren yang di luar Pacitan.
Awalnya aku udah sudah berprasangka buruk, ah ini nanti paling-paling ceramahnya seperti yang sudah-sudah, pasti ada nyanyi-nyanyinya. Memang biasanya seperti itu pasti di selingi sebuah nyanyian dan saya kurang suka kalau sebuah tauziyah ada nyanyiannya. Beda lagi kalau shalawatan yang dikumandangkan. Sebenarnya lagu yang dinyanyikan memang sarat pesan hikmah tentang kehidupan. Tapi entahlah hal itu malah aku pribadi malah merasa kurang sreg aja.
Tapi tauziyah kali ini perbeda, beliau menceritakan kehidupan beliau saat mondok, kemudian keluarga besar beliau. Semua beliau ceritakan tanpa ada kesan sombong sedikitpun di dalam. Aku befikir dalam hati wah ternyata kalau orang berilmu tinggi dan mempunyai adab kalau ngomong enak ya di dengar” .
Ada tauziyah dari beliau yang sangat ngena di hatiku, yaitu :
“ALLAH menciptakan berbagai macam tumbuhan, ada pohon jati, ada pohon ketela, ada pohon bayam dan lain-lainnya. Semua pohon yang diciptakan ALAH mempunyai peran dan fungsi masing-masing. Pohon Bayam tidak boleh iri dengan pohon jati dan begitu sebaliknya, mereka punya tugas masing-masing. Sama halnya dengan manusia. Mau kita jadi apa yang penting kita bisa memberikan manfaat bagi sesama.”
Kurang lebih seperti itu, tapi penyampainnya beliau menggunakan bahasa jawa.
Hal itu membuat aku sadar, bahwa setiap orang mempunyai nasib dan jalan takdir yang berbeda, tidak ada yang lebih baik siapa daripada siapa. Semua adalah terbaik menurut versinya masing-masing yang penting keberadaan kita di sini bisa memberikan banyak manfaat kepada orang lain, kepada sesama dan tidak ada hentinya untuk selalu berbuat baik kepada sesama.
Dan jangan pernah lelah untuk selalu menjadi orang baik dan menjadi yang terbaik versi kita masing-masing.