SIANG HARI KE BUKIT SENTONO GENTONG, CUACA PANAS TAK MENJADI ALASAN - RAGIL SAPUTRI

SIANG HARI KE BUKIT SENTONO GENTONG, CUACA PANAS TAK MENJADI ALASAN

  SIANG HARI KE BUKIT SENTONO GENTONG, CUACA PANAS TAK MENJADI ALASAN

 

 

Setelah dari Beji Park, perjalanan pulang melewati tempat pariwisata Sentono Gentong, tanpa pikir panjang langsung belok ke sana.

Berbanding terbalik dengan Beji Park yang terletak di pinggir jalan raya, sedangkan Sentono Gentong kurang lebih sekitar 1 km dari jalan raya, dengan kondisi jalan yang cukup baik, karena memang ini jalan desa bukan jalan lintas provinsi.

Biaya masuk sebesar Rp. 10.000 per orang, tiba di sana kurang lebih pukul 11.00,- dan karena letakknya di bukit, panasnya memang tidak terlalu terasa  karena ada angin sepoi-sepoi juga.

Ternyata siang itu, pengunjungnya cuma kami bertiga. Bukit Sentono Gentong memang memberikan pemandangan yang indah Teluk Pacitan dari sisi yang berbeda, selain itu kita bisa melihat Kota Pacitan versi mini, akan lebih indah lagi memang saat malam, karena perpaduan lampu-lampu penerangan di Pacitan dan ditambah  suasana malam menjadikan nilai lebih di Bukit Sentono Gentong ini.


 

Sepertinya waktu yang baik dan pemandangan yang indah ke Bukit Sentono Gentong ini ada di malam hari atau pagi saat matahari terbit.

Apakah bisa camping di sini? aku sendiri kurang tahu tapi kalau dilihat dari akun instagram @sentono.gentong memang ada fasilitas camping-nya. Karena kalau untuk bisa melihat matahari terbit setidaknya harus camping di sini.

Aku sudah membayangkan betapa indahnya pemandangan saat matahari terbit. 

 


 

Beberapa waktu sebelumnya, memang Bukit Sentono Gentong ini sempat viral, dan sampailah berita keviralan itu ke bapak. Bapak Bilang katanya "Jare mbah, bien......" (Kata simbah dahulu.....). Sentono Gentong menyimpan cerita legenda, tidak hanya berhubungan dengan legenda Pacitan, tetapi legenda kepulauan jawa.

Kalau dari versi bapak aku katanya dulu Syekh Subakir datang dari Arab ke Pulau Jawa, tapi karena waktu itu Pulau Jawa masih wingit, masih ada banyak makhluk halus, kemudian makhluk halus itu sama Syekh Subakir di masukkan semua ke dalam Genthong. Kata bapak Sentono Gentong ini yang menyangga Pulau Jawa.


 

Wallahu a'lam bishawab Hanya ALLAH yang mengetahui kebenarannya. Dan konon katanya Genthong itu masih ada hingga sekarang, dan itulah yang membuat aku penasaran, untuk memastikan keberadaan Genthong itu, aku ingin datang kesana.

Tapi setelah datang langsung ke Bukit Sentono Gentong tidak bisa melihat, karena letaknya di mana aku juga tidak tahu. 


 

Awalnya aku mengira, ada semacam rumah-rumahan di pinggir tebing Bukit Sentono Gentong yang sekelilinginya dipagari terus ada benda yang dibungkus kain putih. Aku cuma lihat dari kemungkinan jarak kurang lebih satu meter, tidak berani membuat video atau foto. 

 

Tapi kata kakak aku yang satunya, masih turun lagi di situ tempatnya tapi aku tidak berani ke lebih menurun lagi meski siang hari juga. Tapi entahlah mungkin meski siang tapi sepi jadi nyali agak menciut. he he he he. Jadi kesimpulannya aku belum tahu di mana letak Genthong itu.

Selain beberapa tempat duduk yang memang diperisiapkan oleh pihak pengelola, yang unik dari Sentono Gentong adalah adanya Taman Baca, di mana tempat taman baca ini bisa digunakan sebagai tempat beristirahat pengunjung.

 


 

Dari pagi di mulai jam setengah tujuh pagi keluar rumah, ke Pancer Door kemudian di sambung ke Beji Park, lalu ke Bukit Sentono Gentong, dan akhirnya rasa lapar itu muncul lagi. 

 


Alhamdulilah, meski masih sepi karena memang katanya paling baik ke sini kalau sore, malam atau pagi untuk melihat matahari terbit. Ada satu warung yang buka, kami pesan soto dan dua porsi pecel, sambil menunggu kita makan beberapa camilan, agak lama nunggunya karena si Ibu lagi jemput anaknya pulang sekolah. 

 


 

Kami pesan, Soto 1 porsi dan dua porsi pecel dengan lauk dadar telur dan 3 buah air mineral ukuran sedang, untuk harga masih terjangkau. Alhamdulilah wa syukurilah bisa mengobati rasa lapar dan kerinduan akan nasi. Biasanya udah dua porsi nasi pagi dan siang, sementara ini baru sekali makan nasi langsung di rapel di siang hari.

Ternyata setelah selesai makan, sudah ada beberpa pengunjung yang datang. Karena waktu kami bertiga sampai di sini tidak ada orang lain cuma kami bertiga saja. Kemudian kita langsung pulang ke rumah dan segera beristirahat.

Saat pulang kita tidak melewati jalur masuk tadi, memang sepertinya sengaja dibuat oleh pihak pengelola untuk memperlancar dan memberi kemudahan bagi para pengunjung, tapi nanti bakalan ketemu lagi di satu titik jalan yang sama dengan saat masuk.

Kalau kalian ke Pacitan, Wisata Bukit Sentono Gentong ini wajib ada di list kalian ya. Jadi kapan mau datang ke Pacitan? saya tunggu kedatangannya di Pacitan.

 

 


Disqus Comment

Formulir Kontak