
Pacitan punya Masjid Apung, Masjid Apung ini masih berada di satu wilayah dengan Pantai Pancer Door di Pacitan. Masjid Apung atau Masjid Kemampul (bahasa jawa dari mengapung). Masjid Apung sendiri berdiri di tahun 2020.
Bukan berdiri di tengah pantai tetapi berada di bibir pantai Pancer, karena masih satu kawasan dengan Pantai Pancer jadi akses ke sana sangat mudah, tidak perlu bayar tiket masuk cukup bayar untuk parkir saja satu kali sebelum masuk area Pantai Pancer Door yaitu untuk kendaraan roda sebesar Rp. 2.000,- saja.
Berdirinya Masjid Apung ini di gagas oleh Gus Fuad, pengasuh dari Pondok Pesantren Tremas, salah satu pondok pesantren tertua di Pacitan. Mengusung konsep jawa yang sangat melokal sekali, pembangunan Masjid Apung sebagian besar bahan material menggunakan kayu. Dan sebagai alasnya agar mengapung menggunakan drum yang di susun sedemikian rupa sehingga bisa menjadi pondasi awal Masjid Apung.
Untuk fasilitas yang disediakan antara lain, area parkir yang sangat luas, tempat wudhu juga ada. tidak perlu ada yang dikhawatirkan untuk masalah fasilitas, karena berada di area wilayah wisata Pantai Pancer Door jadi jadi fasilitas sudah lengkap dengan kondisi yang bagus.
MELIHAT OMBAK DI PANTAI PANCER, MAMPIR SEBENTAR KE MASJID APUNG
Meskipun berada di wilayah kota Pacitan, aku baru dua kali berkunjung ke Masjid Apung ini. Pertama di tahun 2024 pas bulan Ramadan, sedangkan yang ke dua pada akhir Januari tahun 2025 kemarin.
Baik kunjungan pertama atau kedua, sama-sama niat awalnya mau main ke Pantai Pancer dan sayang kalau tidak menyempatkan berkunjung ke Masjid Apung.
Kalau dari arah pintu masuk Pantai Pancer, ambil sebelah kiri terus lurus saja sampai Pantai, nanti di sebelah kiri akan nampak masjid Apung gak usah khawatir ada papan nama besar bertuliskan "MASJID APUNG".
Kalau berkenan mau shalat, sebelum ke Masjid sudah di sediakan tempat wudhu juga, tapi tempat wudhunya ada di ruangan terbuka dan tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan.
Baru dua kali ke sini sayangnya aku belum bisa menunaikan shalat sunnah di sini, yang pertama pas ke sana bawa keponakan yang masih kecil jadi khawatir kalau tidak extra di jaga dan selain itu sebagian rok di bagian bawah basah kena air laut, memang tidak najis tapi khawatir kalau malah membuat kotor alat shalat yang disediakan sehingga membuat tidak nyaman pengunjung lain yang berkenan untuk ibadah di sini.
Sedangkan yang kedua kali datang ke sana, aku sedang datang bulan, karena di sini ada ketentuannya kalau para pengunjung yang sedang datang bulan di larang untuk masuk ke masjid apung, jadi yang ke dua ini aku tidak masuk cukup menjadi penarik tali tambang papan yang membawa dua kakak aku mendekat ke arah masjid apung.
Jadi untuk menuju ke Masjid Apung oleh pihak pengelola di sediakan sebuah papan yang terbuat dari kayu dengan alas drum juga, papan ini di beri tali tambang yang di ikat di kedua sisi, satu di darat sedangkan yang kedua di bagian masjid apungnya (mohon koreksi kalau salah).
Fungsi papan itu sebagai kendaraan menuju ke Masjid Apung, nanti tinggal di tarik salah satu tali tambangnya saja papan akan bergerak menuju masjid apung atau sebaliknya.
Ada cerita menarik waktu pertama kali ke sana ini berarti Ramadhan tahun kemarin, setelah dari Pantai Pancer bermain ombak dan pasir pantai, awalnya memang langsung mau pulang ke rumah, tapi tiba-tiba seperti biasa ada yang nyeletuk, "nyang masjid apung sisan pie?" ("ke masjid apung sekalian gimana?") dan meluncurlah kita ke sana.
Lalu cerita menariknya di bagian mananya? tunggu setelah ini.
Sudah semangat 45 mau masuk ke Masjid Apung, berhasil naik papan walau ada drama teriak-teriak karena mesti ada bagian pesisir pantai tetap pengaruh ombak itu ada, setelah sudah naik di papan, kebingungan bagaimana caranya agar itu papan bisa mendekat ke masjid Apung (belum tahu kalau fungsi tali tambang segede tiang itu yang bakalan membawa papan mendekat ke Masjid Apung).
Kebetulan ada pengunjung lain yang sudah duduk santai di Masjid Apung, mereka ikutan tertawa melihat kepanikan kami, dan aku yang masih berdiri di pinggir pantai juga puas ketawanya. Kemudian pengunjung yang sudah ada di Masjid Apung memberi isyarat disuruh narik tali tambangnya, tapi kayaknya mereka tidak kuat jadi dengan sukarela pengujung yang baik hati tersebut menarik tali tambangnya, dan dalam satu tarikan papan mendekat ke Masjid Apung. Setelah mereka giliran aku yang naik untuk ke Masjid Apung.
Itulah cerita menariknya menurut aku, terimakasih banyak bapak dan keluarga yang sudah membantu kami, semoga selalu bahagia sehat dan dilimpahi keberkahan dunia akhirat. Aamiin.
Keadaan di dalam Masjid Apung menurut aku saat itu cukup bersih dan mukena, sarung dan Al-Quran juga tersedia, karena memang seperti masjid atau mushola pada umumnya saja. Waktu pertama ke sana, melihat ke bawah nampak ikan-ikan kecil yang berenang di pinggiran Masjid Apung.
Suasana di Masjid Apung, sangat sejuk tidak terasa panas. betah lama-lama di sini. Sambil duduk santai, kaki bermain air laut menatap keindahan pantai yang diapit kokohnya tebing karang yang menjulang tinggi. Cocok banget untuk refleksi diri. Kalau membawa anak kecil tetap harus ada pengasawan dari orang tua atau keluarga yang sudah dewasa.
Jika pertama kali ke sana aku dengan 7 orang di mana 2 orang dewasa 3 remaja dan dua anak yang masih balita, maka di kunjungan yang ke dua ini hanya bertiga yaitu aku dengan dua kakak perempuanku. Selepas dari Pancer, terpikirkan untuk menunjukkan keberadaan Masjid Apung ke kakak perempuan aku yang tinggal di Surabaya.
ALLAHUAKBAR, ternyata dua perempuan yang menolak tua ini ternyata lebih heboh dari para bocil yang sebelumnya pernah ke sini bareng sama aku. Baru naik papan saja sudah teriak-teriak apalagi waktu narik tambangnya agar bisa mendekat ke Masjid Apung, di tarik aja belum alias belum jalan sudah teriak duluan. Kayaknya karena pengaruh ombak di Pantai Pancer jadi papannya ikutan bergerak.
Setelah mereka berhasil merapat ke Masjid Apung, aku masih nunggu mereka di pinggir pantai. Dekat masjid apung di bangun fasilitas taman yang tidak terlalu besar tapi membuat pemandangan tampak cantik, ada beberapa perminan seperti ayunan yang juga sudah disiapkan oleh pihak pengelola.
Pokoknya kalau ke Pantai Pancer jangan lupa mampir sebentar ke Masjid Apung, bisa untuk beribadah shalat wajib maupun sekedar shalat sunah, atau mungkin untuk mengagumi ciptaan ALLAH SWT dipersilahkan.
Apalagi saat Ramadan seperti ini, sore-sore ngabuburit sambil nunggu bedug magrib di Pantai Pancer, langsung lihat matahari terbenam, membatalkan puasa dengan segelas teh hangat dari penjual di sekitaran pantai, lalu shalat magrib di Masjid Apung. Pasti Indah banget.