LEBARAN PERTAMA TANPA IBU
Ibu
pergi di akhir tahun 2019, seharusnya ini menjadi lebaran kedua tanpa ibu.
Satu-satunya hal yang aku syukuri dengan adanya pandemi adalah tidak
diperbolehkannya saling berkunjung dan menerima tamu. Sungguh berkali-kali aku
bersyukur bahwa lebaran tahun 2020 beda dari tahun sebelumnya, tidak ada shalat
ied ke masjid, tidak terima tamu.
Aku
nggak tahu bagaimana jadinya kalau tahun itu, lebaran masih dengan kebiasaan
yang sudah mendarah daging. Apa aku bisa? Setahun bukan waktu yang sebentar
untuk membiasakan hati bahwa ibu benar-benar pergi dan tak akan pernah kembali.
Masih
ada bapak, kakak dan keponakan, tapi rasanya masih ada ruang kosong yang tidak
bisa diisi oleh siapapun. Ruang kosong yang mendadak selalu menyeruak
menggumamkan kata “aku kangen”.
Tapi
sepertinya tahun ini lebaran bakalan sama dengan tradisi sebelumnya, dilihat
dari keramaian dan keriuhan selama bulan Ramadan. Menjelang akhir ramadan ada
ketakutan yang tiba-tiba datang, dan sedikit pertanyaan timbul “Besok menjadi lebaran pertama tanpa ibu,
aku harus bagaimana?”
Seharusnya
aku bisa, aku sudah belajar di dua ramadan, tanpa kehadirannya. Seharunya
lebaran tahun ini aku juga bisa, semua akan baik-baik sajakan.
Kalau
aku tiba-tiba menangis sendirian itu tidak masalah kan?
Sepertinya
lebaran tahun ini bakal menjadi momen lebaran yang tidak akan terlupakan. Akan
selalu ada cerita yang menceritakannya, esok hari dan di tahun-tahun
berikutnya. Lebaran tahun ini akan menjadi sangat berbeda. Dan aku yakin semua
akan baik-baik saja. Meski aku tahu bahwa hatiku tidak dalam keadaan baik-baik
saja.
Begitu
banyak hal yang harus dilakukan menjelang lebaran, jika dulu selalu ada komando
darimu, dan sekarang aku harus mengatur semua sendiri, sebatas yang aku bisa
dan aku mampu. Ah, berandai-andai memang tidak baik dan memang haramkan
hukumnya, tapi bagaimana aku mencegahnya kalau hal itu tiba-tiba muncul.
Semua
akan baik-baik saja, itu mantra yang selalu aku ucapkan. Lalu apa yang harus
aku khawatirkan? Aku percaya bahwa semua memang akan baik-baik saja. Sesekali
menangis bukan berarti tidak ikhlas bukan?
Rindu yang memuncak apa yang bisa dilakukan kalau bukan sekedar
mengeluarkan tangisan.
Bagaimana
besok, ya kita liat besok tapi aku yakin semua akan baik-baik saja.
Selamat
merayakan hari raya idul fitri untuk kita semua.
Yang
tahun ini menjadi yang pertama tanpa kehadiran ibu, percayalah bahwa semua akan
baik-baik saja. Menagislah jika memang itu berat, tapi setelah itu kita harus
bisa berjalan tegak, Ibu kita disana butuh doa kita.
Semangat
buat semuanya..